Viewers

Sabtu, 31 Agustus 2013

Cara Membuat Bakiak

Abis magang di Hanimo nih! Nih, sekilas, cara untuk membuat bakiak ^^






1. Papan dipotong sesuai ukuran yang diinginkan

2. Papan di halus kan menggunakan amplas

3. Cat papan menggunakan cat plamir (untuk menutup pori-pori)

4. Cat papan menggunakan cat warna

5. Gambar motif seperti yang apa anda inginkan (contoh: jejak kaki)

6. Potong karet ban (±2cm)

7. Tempel karet ban tersebut pada papan bakiak, menggunakan paku.



Selamat mencoba! :D

5 Hari atau 1 Tahun?

Day 1: Minggu pertama magang telah tiba. Aku dan kelompokku (Athaya, Ghany, Yazid) diantar ke sebuah rumah makan bernama Pecel Pincuk Mediun 'Yu Tie', berlokasi di Jl. HR. Harsono. Saat sampai, kami berkenalan dan berbincang-bincang sedikit dengan sang pemilik RM tersebut. Selesai berbincang-bincang kami mulai bergerak, awkward-awkward polos gimana gitu deh kita. Mau membantu tapi belum tahu bagimana caranya. Akhirnya, "kalian duduk dulu saja, membantunya nanti saja saat saya panggil. Nih, si makan" kata si ibu/mba sambil menyodorkan satu porsi pecel dan beberapa buah gorengan. Yum, belum kerja sudah dapat makanan, free! (ceritanya norak)

Day 2: Hari kedua. Di hari ini aku merasa seperti sudah seminggu magang disini. Entah kenapa. Perasaan aneh ini tiba-tiba mengintaiku begitu saja, hmpft. 
Kalau tidak salah mengingat, di hari kedua itu ada suatu pesanan. Kita harus membungkus sesuatu makanan (berkuah dan berminyak (lupa apaan)). Yang harusnya satu bungkus bisa selesai dalam jangka waktu 2 detik, kami berempat berhasil menyelesaikan selama 5 tahun. Halah, enggak, bohong kok, 5 menit doang! (Doang?). "Pemula yang mau mencoba tidak ada salahnya" azek.

Day 3: Hari ini, Pak Tri meminta dua orang dari kami berempat untuk dipekerjakan ke cabang. Akhirnya kami memutuskan untuk Ghany dan Yazid yang pergi ke cabang. Pada hari tersebut di tempatku dan Athaya bekerja, cukup sepi. Sehingga kami berdua memiliki waktu istirahat yang lama :) (y). Selama istirahat aku dan Athaya mengobrolbrolbrolbrolololol. Sampai waktunya untuk pulang.

Day 4: HARI KEEMPAT! Besok hari terakhir! Wah, siapa yang ga seneng!!! Sudah setahun disini! (?). Omong-omong, pekerjaan kami selama disini, yaitu:
- mengeringkan sendok-garpu
- bikin minuman
- mencuci piring
- mengantar makanan
- membersihkan meja
- menghancurkan es

Mudahkaaaaaan? Memang.

Siang ini sehabis sholat dhuhur dan kembali ke RM. *srek* aku memasukkan tanganku kedalam saku rok, DANG. Handphone, hilang. Langsung lah aku bergegas ke masjid tempat sholat tadi, dan, alhamdulillah, ada seorang ibu-ibu yang menemukannya dan menyerahkannya kepada pengurus masjid disana. Yaampun, duh, luckynya saya :P. Sebelumnya, waktu izin ke ibu-ibu RM aku bilang, bahwa ada barangku yang ketinggalan di masjid, "hape?" tanyanya. Aku menjawab "eng... bukan kok, kaos kaki".

Day 5: The last daaaay, yippie. Saya, Denisa Syaakira, menjalani hari tersebut dengan senyuman yang lebar, tak sabar menunggu waktu pulang.... padahal baru saja sampai. Tapi senyuman unyu itu (huwek) hilang pada saat selesai sholat jum'at. Ribuan-miliyaran (lebay) bapak-bapak datang! >.< Pesenan numpuk, tidak mendengar dipanggil pelanggan, mengantar minuman tertumpah walau sedikit, (kalau tidak salah namanya) Mbak Ros yang gapernah marah, mukanya berubah merah-merah membara karena kita blank. Tidak membantu secara cepat. Ah.... "tidak mudah yaps".



tips; tidak meremehkan, berhati-hati dan kalau mau senyum, ya senyum aja terus sampai selesai. ;)


Jumat, 30 Agustus 2013

A Little Princess (1-6)

Pada suatu musim salju, seorang putri bernama Sara, sedang dalam perjalanan menuju Sekolah Asrama bersama ayahnya, Kapten Crewe. Sara menanyakan apakah mereka sudah sampai atau belum, dan ayahnya pun mengangguk sambil berusaha terlihat ceria. Ketika mereka masuk kedalam asrama, Bu Minchin pemilik asrama menyambut mereka berdua.

Tidak terasa waktu cepat berlalu, sehingga sang ayah harus pulang kembali. Sara pun segera berlari ke kamarnya dan duduk melihat keluar jendela. Tak lupa ia duduk bersama boneka pemberian ayahnya, bernama Emily.

Sara telah menemukan teman baru, perempuan itu bernama Ermengarde. Pada suatu siang, Lavinia, seorang senior yang telah berumur 13 tahun menampar Lottie yang baru berumur 4 tahun. Sara menghampiri mereka berdua, Sara berkata sesuatu dan membuat Lavinia pergi. Lottie menangis serta berteriak, ketika Sara mendekatinya dan mulai bercerita-cerita, Lottie mulai tenang. Mereka berdua pun menjadi dekat.

Ketika Sara berjalan menuju kamarnya, ia melihat seorang anak perempuan yang dikenal sebagai pembantu asrama, tidur di bangku kamarnya. Baju yang ia kenakan tidak sebagus anak-anak di asrama, kamarnya pun tidak nyaman seperti kamar Sara yang begitu hangat. Namanya adalah Becky. Sara sangat baik dan ia juga sangat suka bercerita, Becky dan teman-teman lain di asrama merasa senang padanya.

Dua tahun telah berlalu. Tepat pada hari ulang tahun Sara, Kapten Crewe mengirimkan berbagai macam kue untuk acara pesta ulang tahun putrinya. Ketika acara baru saja dimulai, Bu Amelia adik si pemilik asrama membuka pintu dengan tergesa-gesa dan mengejutkan semua orang dalam ruangan tersebut. Ia menginformasikan bahwa Tuan Barrow datang dan ingin berbicara dengan Bu Minchin. Bu Minchin pun menghampirinya dan Tuan Barrow mulai berbicara.

Kabar buruk datang tepat pada hari berharga bagi Sara. Ayah Sara, Kapten Crewe, telah meninggal. Dan ia meninggalkan Sara di tangan Bu Minchin. Sara pun dipindahkan kamarnya, dan mulai disuruh-suruh seperti Becky. Pekerjaan Sara juga tidak mudah. Ia harus membeli kebutuhan asrama dan membawa keranjang perbelanjaan yang sangat berat sendirian.

Pada suatu malam, Ermengarde dan Lottie berhasil menemukan kamar Sara. Mereka bertiga berpelukan dan bercerita-cerita seperti dulu, sampai waktunya Ermengarde dan Lottie harus kembali. Keesokan paginya, ada sesuatu suara dari luar jendela. Ketika Sara membuka jendelanya dan melihat apa yang sedang terjadi diluar, seekor monyet melompat masuk kedalam kamarnya. Sara tidak takut. Ia sering bertemu dengan monyet di India. Lascar si monyet pun menghampiri Sara dan meminta maaf atas segala kebahayaan yang mungkin terjadi.